#1: GARIS (LINE)
Garis dapat dimaknai sebagai jejak sesuatu. Goresan pensil, pena atau mouse di komputer dan lain sebagainya. Garis tidak memiliki kedalaman (depth), hanya memiliki ketebalan dan panjang. Oleh karena itu, garis adalah elemen satu dimensi.
Wujud
garis dangat bervariasi. Garis lurus mengesankan kaku dan formal, garis
lengkung memberikan kesan lembut dan luwes, garis zig-zag berarti keras
dan dinamis, garis tidak beraturan berarti fleksibel dan tidak formal.
Kemudian, garis horizontal mengesankan pasif, tenang dan damai. Garis
vertikal memiliki kesan stabil, gagah dan elegan. Garis diagonal dapat
diartikan sebagai makna aktif, dinamis dan menarik perhatian. Masih
banyak variasi lainnya yang biasa digunakan, seperti garis putus-putus,
gradasi, tebal tipis, dan sebagainya.

Dengan
mengubah tekanan, lekukan, dan ketebalan pada sebuah garis, dapat
memberikan perbedaan dalam perasaan dan juga dalam menstimulus ataupun
mengeksekusi sebuah ide. (sumber gambar: sitepoint.com)
Penggunaan
garis dalam desain komunikasi visual tidak terikat pada aturan dan
ketentuan, karena pada dasarnya garis adalah elemen visual yang dapat
dipakai di mana saja, asalkan bertujuan memperjelas dan mempermudah
audiens, atau sekedar pemanis yang bisa disusun sedemikian rupa.
Penggunaan variasi garis pada poster film ini sangat bagus dan memiliki nilai estetika yang baik. (sumber gambar: sitepoint.com)
Dalam
layout majalah, penggunaan garis-garis yang pas juga berperan untuk
menambah unsur estetika dan kenyamanan baca. (sumber gambar:
magicwan.com)
Bangunan
bernama Cubic House yang berada di Netherland ini pun menggunakan
unsur-unsur garis yang sangat kental dalam desain arsitekturnya. (sumber
gambar: unusual-architecture.com)
Garis dalam
pemahaman semiotika, memiliki arti yang lebih luas lagi, yaitu elemen
yang tidak selalu tergores di atas kertas. Deretan tiang lampu, repetisi
pepohonan di jalan, kemudian kolom-kolom arsitektur juga dapat dimaknai
sebagai garis.
Penggunaan garis perlu
diperhitungkan secara cermat, sehingga tidak terkesan asal-asalan dan
dipaksakan. Tujuan dari desain komunikasi visual adalah untuk menyajikan
informasi baik verbal maupun visual, agar dapat ditangkap dengan mudah,
menarik dan menyenangkan sekaligus mengesankan. Selain itu, desainer
grafis dapat menggunakan garis sebagai ilustrasi.
#2: BIDANG (SHAPE)
Shape
atau bidang adalah segala bentuk apapun yang memiliki dimensi tinggi
dan lebar. Bidang dapat berupa bentuk-bentuk geometris (lingkaran,
segitiga, segiempat, elips, setengah lingkaran dan sebagainya) dan
bentuk-bentuk yang tidak beraturan.
Bidang geometris memiliki kesan formal, sebaliknya, bidang non geometris memiliki kesan tidak formal dan dinamis.
Dalam
dunia desain grafis, pengertian bidang tidak terbatas hanya itu saja.
Area kosong yang berada di antara elemen-elemen visual dan space yang mengelilingi gambar/foto, bisa juga disebut sebagai bidang. Blank space (bidang
kosong) bahkan bisa dianggap sebagai elemen desain. Bidang kosong
dimaksudkan untuk menambah kenyamanan baca dan menimbulkan gairah
membaca juga memberikan kesan nyaman dan “bernapas” dan memberikan
tekanan kepada obyek visual yang ada dalam sebuah desain.
#3: WARNA (COLOR)
Warna
adalah elemen visual penarik perhatian paling utama. Bila penggunaan
pada warna salah, maka kualitas, citra, keterbacaan, pun akan salah.
Sebagai contoh adalah warna yang lembut akan memancarkan kesan romantis
dan ketenangan.
Sedangkan warna-warna tegas dan
kuat akan memberi kesan dinamis. Penggunaan yang salah tempat tentu akan
menimbulkan kesan di benak audiens yang salah.
Perbedaan penggunaan warna akan menghasilkan kesan visual yang berbeda. (sumber gambar: devoxsols.com)
Warna
memiliki karakteristik, kegunaan, dan makna masing-masing. Dalam seni
rupa, warna kemudian dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu:
DIMENSI PERTAMA: HUE
Pembagian
warna berdasarkan nama-nama warna, seperti merah, biru, hijau, kuning,
dan seterusnya. Berdasarkan Hue, warna kemudian dibagi lagi menjadi tiga
golongan, yaitu:
Primary Colors (Warna Primer). Warna primer terdiri dari merah, kuning, dan biru.
Secondary Colors (Warna Sekunder). Warna
sekunder merupakan campuran dua warna primer dengan perbandingan
seimbang (1:1), yang kemudian menghasilkan warna oranye (hasil
percampuran merah dan kuning), hijau (hasil percampuran kuning dan
biru), kemudian ungu (hasil percampuran biru dan merah).
Bila warna sekunder kemudian dicampur dengan warna primer, yang terjadi kemudian adalah warna tersier (tertiary colors), yaitu kuning-oranye, merah-oranye, merah-ungu, biru-ungu, biru-hijau, dan kuning-hijau.
Dalam percetakan, warna yang digunakan adalah empat warna pokok yang biasa disebut dengan CMYK, yang merupakan kependekan dari Cyan (light blue), Magenta (pinky red), Yellow, dan Black. Semua hasil cetak yang berwarna-warni hanyalah hasil percampuran empat warna itu.
Secara visual, warna dibagi menjadi dua golongan, yaitu Warm Color (warna panas), dan Cool Color (warna dingin). Warna-warna yang masuk kategori Warm Color contohnya
adalah merah, merah-oranye, kuning-oranye, kuning, kuning-hijau,
ataupun merah-ungu yang bila ditampilkan pada sebuah visual menghasilkan
kesan hangat. Sedangkan warna-warna yang masuk kategori Cool Color
contohnya adalah warna hijau, biru, hijau-biru, biru-ungu, dan ungu.
Warna-warna tersebut bila divisualkan akan menghasilkan kesan warna yang
statis, kalem, pasif, dan tidak mengundang perhatian lebih heboh.
Penggunaan warm color dan cool color pada sebuah desain. (sumber gambar: inspirefirst.com)
DIMENSI KEDUA: VALUE
Yaitu
terang-gelapnya warna. Pada dasarnya, semua warna dapat diterangkan
(yang kemudian muncul kesan lebih muda), ataupun digelapkan (yang
kemudian muncul kesan lebih tua).
Contohnya
adalah warna biru. Apabila dimudakan atau diterangkan, hasilnya adalah
biru muda yang segar, dan apabila dituakan atau digelapkan hasilnya
adalah biru tua yang tegas. Warna-warna yang dimudakan dengan cara
menambahkan unsur-unsur putih disebut dengan warna Tint. Sedangkan, warna yang dituakan dengan cara menambahkan sedikit unsur hitam disebut dengan warna Shade.
Dalam komputer, cara melembutkan warna adalah dengan mengurangi presentase unsur-unsur warnanya atau dengan menambah sedikit unsur warna hitamnya untuk membuat warna makin ke arah gelap.
Misalnya
adalah dengan warna hijau yang unsur Cyan dan Blacknya 100%, dapat
diubah dengan Cyan (20%) dan Yellow (20%). Hasilnya akan didapati warna
hijau yang lebih muda. Atau, bila ingin warna hijau tersebut menjadi
lebih tua, cukup ditambahkan Cyan (100%), Yellow (100%) dan Black (30%).
DIMENSI KETIGA: INTENSITY
Yaitu Tingkat kemurnian atau kejernihan warna (brigtness of color). Warna-warna yang belum dicampur dan masih murni disebut pure hue. Para seniman lukis umumnya kurang menyukai warna-warna murni, karena terlalu mentah untuk diaplikasikan dalam sebuah lukisan.
#4: GELAP-TERANG (VALUE)
Salah
satu cara terbaik untuk memudahkan unsur penangkapan pesan dalam visual
grafis adalah dengan mengatur gelap dan terangnya. Ada dua pembagian
dalam kategori ini, yaitu Low Contrast Value yang berarti
penggunaan warna-warna yang kurang kontras. Visual yang dihasilkan akan
cenderung kalem, statis, dan sederhana serta tenang. Sedangkan yang
kedua adalah High Contrast Value, yaitu penggunaan warna-warna
kontras dengan ekstrim, sehingga menghasilkan visual yang enerjik,
ceria, dinamis, dramatis, dan penuh gairah.
Penggunaan low contrast value yang sangat menarik. (sumber gambar: smashingmagazine.com)
Penggunaan
high contrast value dalam desain web, antara kuning mencolok dengan
hitam yang sangat kontras dan menarik perhatian audiens. (sumber gambar:
smashingmagazine.com)
Berdasarkan
nilai dalam gelap dan terangnya, warna dibagi menjadi beberapa
tingkatan. Paling terang adalah warna putih, kemudian warna tergelap
adalah hitam. Aturannya, warna gelap akan terbaca jika ditempatkan pada
background terang. Begitu pula sebaliknya, warna terang akan sangat
mudah terbaca jika ditempatkan pada background gelap.
Penggunaan prinsip value pada sebuah desain. (sumber gambar: exergian.com)
#5: TEKSTUR (TEXTURE)
Tekstur
merupakan nilai raba atau lebih mudahnya adalah halus dan kasarnya
sebuah permukaan benda. Dalam desain grafis, penggunaan tekstur dapat
dimayakan untuk memberikan visual yang lebih berkarakter. Tekstur sering
digunakan untuk mengatur keseimbangan dan kontras dalam sebuah desain
komunikasi visual.
Penggunaan background dengan tekstur halus pada sebuah desain karya Soad2k. (sumber gambar: inspirefirst.com)
Penggunaan background tekstur kasar pada desain web. (sumber gambar: smashingmagazine.com)
Beragam contoh tekstur halus dan kasar. (sumber gambar: smashingmagazine.com)
#6: FORMAT (FORMAT)
Panjang
dan pendek, tinggi dan rendah, serta besar dan kecilnya suatu elemen
visual perlu diperhatikan. Tujuannya agar keterbacaan dapat tersajikan
dengan baik.
Untuk mengatur format dalam sebuah desain visual perlu dibuat yang namanya Visual Hierarchy
(skala prioritas). Caranya adalah dengan mengurutkan hal-hal penting
untuk ditampilkan lebih utama, baru kemudian yang tidak penting.
Tujuannya agar pembaca tahu bagian mana yang harus dibaca atau dilihat
terlebih dahulu. Demikian pula dengan peletakan font, warna, bentuk,
posisi, dan semuanya yang perlu menjadi bagian mana yang bagian utama
dan bagian pendukung.
Perbedaan ukuran yang
diperhitungkan secara proporsional akan membantu audiens dalam memilih
informasi yang perlu didahulukan. Tidak semua informasi yang disampaikan
itu penting, sehingga semua elemen berukuran besar dan mencolok. Desain
yang seperti itu akan sangat riuh, dan sangat membingungkan. Oleh
itulah perlu diperhatikan skala prioritasnya, mulai dari bagian mana
yang sangat penting, penting, hingga yang kurang penting.
Sumber: virala.id
No comments:
Post a Comment